Selasa, 03 Desember 2013

My Darl LDR



          Bulan pertama terasa asing tanpamu, melewati jalanan kota besar ini tanpa ditemani canda tawamu. Rasa kangen tiap detik itu terus bertambah dan aku pun kesusahan untuk mencoba membendungnya. Kepulanganmu pun masih lama. Aku disini sangat-sangat menantimu.
            LDR itu mudah-mudah susah untuk dijalani. Tidak bole ada rasa egois, posesif, bahkan yang paling adalah rasa cemburu. Hal-hal kecil saja bisa menimbulkan masalah yang besar. Aku harus bisa mengerti kapan waktumu tidak bisa diganggu. Aku harus tau kapan waktumu tidak ingin diganggu. Iya, aku harus ekstra paham untuk mengertimu disana dan cenderung aku harus mengalah. Sebab, kamu disana hidup deperantauan bersama teman-temanmu. Dan aku paham kapan aku bisa memeluk rindu ini sepuasku.
            Mengerti dan memahami, itu yang selalu aku lakukan kepadamu. Meskipun dilain sisi itu semua karena jarak. Aku bisa terima dengan sangat, demimu demi cinta ini. aku ingin sekali meminta waktu malammu untuk sekedar berbincang melalui telefon seluler disetiap sabtu malam saja. Karna bagiku dengan telepon itulah sarana untuk kita saling mengungkapkan kepedulian dan dan mengganti raga yang terbatas oleh jarak ini.
            Tapi, LDR bagiku bukan masalah besar, tidak mudah memang melewati ini. tapi apalah arti raga jika kita begitu memiliki hati yang bisa dipercaya melebihi apapun. Sekali lagi aku yakinkan hati bahwa hanya kamu yang aku tunggu, dan bersama itu tidak harus melulu soal raga. Banyak makna yang tersirat di balik LDR ini. aku bisa belajar melatih diri dan menjaga sebuah kepercayaan ini, yang lebih penting lagi menghargai sebuah hubungan. Betapa berharganya seseorang saat tak (sedang) bersama kita.

-peyempuan-
2 bulan menunggu kepulanganmu 

Sabtu, 09 November 2013

Hujan Sabtu Malam



          Pertama kalinya Surabaya diguyur hujan setelah kurang lebih delapan bulan matahari tak ada bosannya menyinari kota kelahiranku ini.Hujan banyak diartikan sebagaian orang pembawa rejeki. Bagiku hujan itu teman, bisa menghapus air mata yang jatuh ini karena kesedihan.  Tapi hujan pertama kala itu yang memulai kebahagiaanku ini.
          Menyejukkan sekali bau tanah yang tersiram derasnya air hujan itu, nyaman seperti segarnya embun dipedesaan. Hujan saat itu mengingatkanku pada seseorang. Dia yang ku sayangi, dia yang amat aku rindukan kehadirannya disini.
          Dinginnya air hujan berhasil menembus baju dan kurasakan dingin dikulitku. Ditengah-tengah keramaian jalanan kota aku masih sempat saja memikirkanmu, tidak peduli dimanapun lokasi dan kondisiku berada. Sengaja kupelankan laju motorku dengan angka 45-50 km yang sempat kulihat di speedometer motor. Aku tidak membutuhkan jas hujan, aku biarkan tubuh ini basah kuyup karena hujan, karena dengan itu aku bisa menikmatinya.
          Hujan .. kamu begitu special saat itu. Datang diwaktu yang tak kuduga. Hujan yang memulai awal cerita kasih ku dengannya. Kebahagiaan ku dimulai. Hidupku terasa terlengkapi sudah, dengan kepastian yang kamu berikan meskipun lewat chat. Hujan kamu berhasil menghapus air mata kesedihanku dan menggatikannya dengan dia yang menjadi milikku.

Hujan yang memulai dan biarkan maut yang mengakhiri
           
           

Rabu, 16 Oktober 2013

Ini Bukan Suatu Kebetulan



Perasaan seperti ini wajar ku alami. Datang dengan sendirinya, tanpa aku undang. Tapi dia datang pada waktu yang belum pas dan kondisi yang tidak memungkinkan. Sangat tidak mungkin untukku berjalan ke depan menggapainya. Aku cewek, haruskah aku yang memulainya? Konyol, suatu kebodohan besar.
          Dia yang kukenal, dia yang selama ini kukagumi, dia yang sangat aku banggakan. Bukan suatu kebetulan jika aku merasakan itu semua. Memang seperti itu yang aku rasakan saat ini.
          Tapi entah kenapa, sikapmu tidak seperti sikapku, perhatianmu tidak seperti perhatianku, dan ini juga bukan suatu kebetulan semata. Kamu mungkin selama ini tak paham dengan sikap dan omonganku, pasti kamu menganggapnya Cuma lelucon, dan kamu pasti menghiraukannya.
          Tenang saja, kamu tak perlu memperhatikanku, kamu tak perlu mengucapkan buaian kata manis yang biasanya membuat hatiku luluh. Mulai saat ini aku mencoba untuk hidup tanpamu, aku sudah terbiasa tersakiti, mungkin aku menyakiti diriku sendiri selama ini. Aku bodoh kan. Menjauhlah. Aku taka pa disini berteman dengan sepi, angin, dan hujan. Biarkan air mataku ini mengalir bersama derasnya hujan, biar kesepian yang menjadi temanku, biarkan angin yang dapat mengeringkan air mata ini.
          Pergilah.. jangan menoleh ke arahku. Aku tak butuh rasa belas kasihmu. Karena semua itu tak akan bisa mewujudkan impianku.

Bahagialah disana bersama duniamu :’)

Jumat, 27 September 2013

Kamu Yang Tidak Akan Tahu



Setelah beberapa minggu kepergianmu meninggal kota ini, aku masih merindukan sosokmu itu.  Awal perkenalan kita kala itu sangat indah bagiku. Inginku melupakan kejadian itu. Tapi entah kenapa pikiran dan hati ini sulit untuk menyatu. Kamu selalu menghatui perasaanku ini. Apa hati ini sudah menyiapkan ruang untuk kamu singgahi ? dan kalaupun iya, kamu gak akan pernah tahu ini.
        Aku sempat ingin mundur dari rasa ini karena tak sanggup mendengarkan kabar burung dari teman-teman tentangmu. Mereka bilang, kamu memang seperti itu kepada semua wanita. Mereka bilang, perhatianmu memang lebih kepada wanita lain. Ternyata bukan hanya kepadaku saja kamu bertingkah seperti itu. Awalnya aku mengira, kamu memang menspesialkan aku, ternyata kekecewaan yang kudapat. Sikapmu kepadaku dengan sikapmu ke teman wanitamu yang lain tidak lebih kamu memperlakukannya sama dengan kamu memperlakukanku.
        Tak heran kalau mereka bilang kamu asyik, aku juga merasakannya. Hanya saja aku merasa sikapmu lebih kepadaku sampai-sampai aku menaruh harapan lebih kepadamu. Sekali lagi hanya aku yang merasakan dan mungkin tidak denganmu. Bisa jadi hanya sebelah pihak. Cukup tragis mendengarnya.
        Akan kuceritakan semua apa yang kurasakan saat bersamamu meskipun hanya sebentar. Tidak kusangka sama sekali perasaan merah jambu ini timbul bahkan sampai mengakar dihatiku dan aku sendiri tidak tahu cara untuk mencabutnya. Kasian hanya bisa mengakar, tumbuh, sampai berdaun lebat tapi hanya aku saja yang menyiraminya tidak denganmu.
        Dulu sebulan sebelum kamu meninggalkan kota ini, kita sering main bareng, pergi gak jelas dan tanpa tujuan, meskipun bersama teman teman yang lain. Tapi saat itu aku hanya memperhatikanmu dari sudut meja yang aku tempati bersama teman yang lain. Kamu begitu special saat itu. Aku hanya bisa diam dan merasakannya sendiri. Aku gak sadar kalau ternyata kita mempunyai beberapa persamaan yang tidak menghalangi hubungan pertemanan kita, dan lagi aku sanagat merasakan nyaman karena beberapa kesamaan itu. Kita sama sama suka elektronik, sama sama suka gadget, dan yang gak disangka bulan kelahiran kita sama. Awalnya aku ga seberapa memperdulikan perasaan yang aku alami, karena aku mengira mungkin itu hanya sesaat. Tapi aku benar-benar merasa nyaman ada didekatmu. Apalagi saat hari keberangkatanmu untuk mencari ilmu semakin dekat, aku tak kuasa menahan kesedihan itu. Dan lagi aku hanya bisa merasakannya sendiri. Hari keberangkatanmu tiba. Sangat sulit aku menahan kesedihan itu. Ditengah kesedihan itu aku sempat terhibur dan sedikit merasakan tenang atas sesuatu yang kamu berikan ke aku, meskipun dalam bentuk chat. Yang kufikirkan lagi, apa cuma aku yang kamu berikan seperti itu lewat chat atau telfon sekalipun ?. Aku cuma bisa berharap sewajar tidak lebih dan mungkin ya seperti itu.
        Sayangnya aku cewek yang konyol banget kalau harus mengungkapkan duluan. Biar kupendam saja rasa ini dan menjadi cinta dalam hati sekalipun. Harapanku mungkin bias dibalas hanya 10 persennya saja.
        lo udah punya tempat buat dia, sayangnya dia gak tau kalo lo udah punya tempat yang rapi buat dia. Sayang juga kalau tempat yang udah ada, udah bagus-bagus rapi, lo biarin kosong–cewek.